Media Austria mengekspose demonstrasi 100 hari yang terjadi di Indonesia. Paling tidak itu terlihat terus menerus dari monitor video gratis yang terpasang di setiap stasiun subway di Wina.
Setiap hari monitor itu menjadi tontonan gratis bagi warga Austria yang ingin melihat perkembangan dunia. Hanya kejadian-kejadian menonjol di dunia yang dianggap punya nilai berita yang ditayangkan dalam monitor itu. Atau lebih tepatnya, yang bersifat sensasional.
Setiap hari monitor itu menjadi tontonan gratis bagi warga Austria yang ingin melihat perkembangan dunia. Hanya kejadian-kejadian menonjol di dunia yang dianggap punya nilai berita yang ditayangkan dalam monitor itu. Atau lebih tepatnya, yang bersifat sensasional.
Selama kurang lebih 1 menit, video tanpa suara itu juga memuat gambar para demonstran Indonesia yang protes di depan Istana. Setiap kereta subway datang, video itu akan mati. Kemudian akan menayangkan kembali gambar gambar berita demonstrasi. Sayang seribu sayang, gambar gambar yang ditayangkan oleh monitor yang difasilitasi oleh Wiener Linien, perusahaan operasional subway di Wina, adalah betapa para demonstran Indonesia begitu anarkis. Dari membakar ban, aksi dorong dorongan dengan polisi, menguasai mobil-mobil milik pemerintah seperti truk pembawa BBM, dan berbagai jenis aksi yang merugikan. Dalam video itu ditulis bahwa Presiden Indonesia SBY diminta turun oleh demonstran. Gambar SBY juga nampang tengah berpidato saat berada di Banten meresmikan PLTU. Terakhir, gempa di Padang pada September lalu muncul juga dalam monitor itu.
Bagi warga Wina, penayangan no comment video (video tak bersuara) itu sedikit banyak memberi pengetahuan sekaligus membentuk persepsi kepada negara bersangkutan dalam video. Maklum, tidak semua warga di Austria mempunyai akses ke jaringan berita internasional seperti CNN atau BBC.
Video itulah yang menjembatani. Sayang, setiap berita tentang Indonesia, yang nongol hanyalah yang berbau tragedi atau negatif saja. (sal/ape)
Bagi warga Wina, penayangan no comment video (video tak bersuara) itu sedikit banyak memberi pengetahuan sekaligus membentuk persepsi kepada negara bersangkutan dalam video. Maklum, tidak semua warga di Austria mempunyai akses ke jaringan berita internasional seperti CNN atau BBC.
Video itulah yang menjembatani. Sayang, setiap berita tentang Indonesia, yang nongol hanyalah yang berbau tragedi atau negatif saja. (sal/ape)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar